Media Utama Terpercaya

8 Desember 2025, 00:30
Search

Akibat Pembukaan Kebun Sawit, Gelondongan Kayu Terbawa Banjir Sumatra. Ini Pernyataan Menteri LH!

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
Tumpukan kayu yang terbawa banjir
Tumpukan kayu yang terbawa banjir di Batang Toru, Tapanuli Selatan. [Foto: voi.id]

Sumatra, mu4.co.id – Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol, mengatakan kayu gelondongan (log) yang terbawa banjir Sumatra adalah imbas dari pembukaan kebun sawit. Hal tersebut Hanif sampaikan seusai rapat bersama Komisi XII DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (3/12/2025).

Aktivitas pembukaan kebun sawit itu menyisakan kayu-kayu tanpa dibakar, hanya dipinggirkan saja. Volume banjir yang besar mengakibatkan kayu-kayu tersebut terbawa oleh arus dan memperparah dampak bencana yang ditimbulkan.

Baca juga: Tumpukan Kayu Usai Banjir Sumatera Jadi Sorotan, Bareskrim Lakukan Penyelidikan

“Ada indikasi pembukaan-pembukaan kebun sawit yang menyisakan log-log karena memang kan zero burning sehingga kayu itu tidak dibakar, tapi dipinggirkan,” ujar Hanif dilansir dari kompas, Kamis (4/12).

“Ternyata banjirnya yang cukup besar mendorong itu (gelondongan kayu) menjadi bencana berlipat-lipat,” sambungnya.

Lebih lanjut, Hanif menganggap landscape di Kecamatan Batang Toru, Tapanuli Selatan, Sumatra Utara mempunyai bentuk yang cukup unik seperti huruf ‘V’. Hal itu mengakibatkan saat air banjir masuk ke Batang Toru, maka langsung ke tengah-tengah kota.

Landscape Batang Toru seperti V yang mengakibatkan fokus air ketika banjir langsung ke tengah kota. [Foto: shutterstock.com]

Baca juga: Banjir Bandang Dan Tanah Longsor Melanda Aceh, Sumut, Sumbar. Ini Korban dan Kerugiannya!

“Semua airnya masuk ke tengah, dan di tengah inilah kota-kota itu berada. Sehingga kita perlu melakukan langkah-langkah serius,” katanya.

Berdasarkan kajian peta satelit, ia juga menyoroti bagian hulu Sumatra yang harusnya hutan telah beralih fungsi menjadi pertanian lahan kering. Dengan begitu, ketika banjir datang, maka publik sudah bisa memprediksi apa yang akan terjadi.

“Padahal tempatnya di puncak ya, sehingga begitu terjadi bencana seperti ini,” jelasnya.

(kompas, detiknews)

[post-views]
Selaras