Banjarmasin, mu4.co.id – Gelaran Cabang, Ranting, dan Masjid (CRM) Award VI 2025 semakin semarak dengan hadirnya Expo CRM yang menampilkan 60 stand finalis dari seluruh Indonesia.
Berlangsung pada 13-15 November 2025 di halaman parkir Masjid Al Jihad Banjarmasin, expo ini menjadi ajang unjuk kreativitas dan inovasi ranting, cabang, serta masjid unggulan nasional.
Di antara puluhan stand Cabang tersebut, dua stand berhasil mencuri perhatian reporter mu4.co.id karena menampilkan konsep yang unik, inspiratif, dan merepresentasikan tempat asal mereka.
Baca Juga: Expo Beragam Keunggulan Cabang Ranting Masjid Semarakkan CRM Award VI 2025 di Banjarmasin
Adapun cabang pertama yang berhasil mencuri perhatian adalah Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Ponorogo yang menampilkan dua topeng besar Seni Reog didepan stand mereka.
Jefri Zainur Rizky selaku perwakilan dari PCM Ponorogo mengungkap mereka bekerjasama dengan warga Ponorogo yang berdomisili di Banjarmasin untuk menampilkan budaya khas Ponorogo tersebut. Topeng reog yang digunakan pun dipinjam dari warga Ponorogo yang tinggal di kota Banjarmasin.

“Kami ingin memperkenalkan seni Reog khas Ponorogo yang sudah mendunia (untuk ditampilkan di Expo CRM) ini,” ujar Jefri kepada reporter mu4.co.id.
Selain topeng Reong, PCM Ponorogo juga menyediakan snack dan minuman gratis untuk pengunjung. Mereka juga memfasilitasi cek kesehatan dan pijat gratis sebagai bentuk pelayanan tambahan.
Berkaitan dengan banyaknya fasilitas gratis yang disediakan, ia menjelaskan bahwa PCM Ponorogo memang berniat bersedekah. Dengan cara itu, mereka ingin menghadirkan semangat ta’awun (tolong-menolong) Muhammadiyah dengan penuh kegembiraan.
Selain itu, PCM Laweyan turut menarik perhatian pengunjung dengan memamerkan produk batik tulis yang memuat ayat-ayat suci Al-Qur’an.

Purwadi yang merupakan perwakilan dari PCM Laweyan itu menjelaskan proses pembuatan batik tulis yang memuat ayat-ayat Al-Qur’an tersebut.
Ia menerangkan bahwa tahap awal dilakukan dengan mencetak ayat Al-Qur’an pada sebuah kertas. Setelah itu, kertas tersebut ditempelkan pada kain yang akan dibatik, sehingga pengrajin dapat menyalin ayat-ayat tersebut secara presisi ke dalam motif batik tulis.
“Perlu waktu sampai lima tahun untuk menyelesaikan penulisan ayat Al-Qur’an ini, dari juz 1 sampai juz 30,” ujar Purwadi.
“Nah untuk proses pewarnaan serta pembuatan desain hiasan bingkai Qur’an juga kami melibatkan teman-teman penyandang disabilitas tuna rungu,” lanjutnya.
Menariknya, PCM Laweyan menyediakan kain putih bagi pengunjung untuk menuliskan nama mereka. Tujuannya adalah agar para pengunjung dapat merasakan langsung pengalaman menulis batik menggunakan Canting, yaitu alat untuk menulis batik.













