Madinah, mu4.co.id – Salah satu masjid bersejarah yang ada di kota Madinah yaitu Masjid Abu Dzar Al Ghifari. Masjid ini berjarak 900 meter di sebelah barat daya dari Masjid Nabawi.
Abu Dzar Al-Ghifari adalah salah satu sahabat Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam yang dikenal karena keteguhannya dalam menegakkan keadilan dan kesederhanaan hidup. Ia berasal dari suku Ghifar, yang pada masa itu dikenal sebagai kelompok yang sering merampok. Namun, hidayah Allah Subhanahu wa ta’ala membawa Abu Dzar hijrah kepada Islam, menjadikannya seorang sahabat yang sangat berpengaruh.
Sikapnya yang berani menentang ketidakadilan dan ketamakan membuatnya dikenang sebagai sosok yang tegas dan berpegang teguh pada prinsip Islam. Kehidupan Abu Dzar sangat sederhana, mencerminkan ajaran Rasulullah tentang hidup zuhud.
Tidak ada catatan pasti tentang tahun berdirinya masjid ini, tetapi diyakini telah ada sejak masa-masa awal penyebaran Islam.
Menurut beberapa riwayat, masjid ini dibangun untuk mengenang Abu Dzar Al-Ghifari dan perjuangannya dalam menyebarkan Islam. Lokasinya yang strategis menjadikannya sering dikunjungi oleh penduduk lokal maupun para musafir yang melintasi daerah tersebut.
Bangunan masjid ini sederhana dan minimalis, mencerminkan sikap hidup Abu Dzar yang tidak menyukai kemewahan. Meski kini sudah mengalami renovasi untuk menyesuaikan dengan kebutuhan zaman, masjid ini tetap mempertahankan nuansa kesederhanaannya.
Masjid Abu Dzar Al Ghifari dikenal pula dengan nama Masjid As-Sajdah atau Masjid Syukur.
Karena dalam sejarahnya, di tempat ini, Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam pernah bersujud lama sekali sampai-sampai seorang sahabat Rasul, Abdurrahman bin Auf Radhiyallahu ‘anhu mengira beliau telah meninggal dunia.
Kisah ini bermula ketika Abdurrahman bin Auf Radhiyallahu ‘anhu melihat Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam mengerjakan salat. Dalam salat tersebut, Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam sujud begitu lama sehingga Abdurrahman Radhiyallahu ‘anhu mengira Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam telah dipanggil oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Abdurrahman Radhiyallahu ‘anhu pun bersedih dan menangis.
Baca juga: Masjid Sayyidush Shuhada, Saksi Pertempuran 700 Kaum Muslimin Melawan 3.000 Kaum Quraisy di Kaki Gunung Uhud
Setelah Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam selesai salat. Beliau melihat Abdurrahman tengah menangis. Beliau memanggil Abdurrahman Radhiyallahu ‘anhu dan bertanya, “Mengapa engkau menangis?” Abdurrahman Radhiyallahu ‘anhu menjawab bahwa ia mengira Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam telah meninggal.
Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam lalu menjelaskan kepada Abdurrahman bahwa sujudnya tadi merupakan tanda syukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala karena malaikat Jibril membawa kabar gembira bahwa barang siapa bershalawat kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam, maka Allah Subhanahu wa ta’ala akan membalas sholawatnya dengan kebaikan.
Kisah ini kemudian diriwayatkan Abdurrahman bin Auf dalam hadis yang masyhur hingga sampai ke generasi kita sekarang ini.
Sebagaimana diriwayatkan dari Abdurrahman bin ‘Auf -Radhiyallahu ‘Anhu- berkata: “Saya telah mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ia sedang sujud dan memperpanjang sujudnya. Rasul bersabda: “Saya telah didatangi Jibril, ia berkata: “Barangsiapa yang bershalawat untukmu, maka saya akan bershalawat untuknya dan barangsiapa yang memberi salam untukmu maka saya akan memberi salam untuknya, maka saya pun (ujar Rasul) bersujud karena bersyukur kepada Allah.” [HR. Hakim, Ahmad dan Jahadhmiy].
Masjid ini dipugar dan diperluas dengan gaya arsitektur modern pada masa Kerajaan Arab Saudi; luasnya mencapai 182,2 meter persegi dan pada pilarnya terdapat menara yang indah.
