Bantul, mu4.co.id – Peneliti Anthropologi dari Kyoto University Jepang, Chubachi Natsuki mendatangi PAUD ‘Aisyiyah Surya Melati Brajan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Jumat (01/03/2024). Ia terlihat tertarik dengan program filantropi sekolah melalui Gerakan Shadaqah Sampah (GSS).
Gerakan Shadaqah Sampah tersebut dikelola dengan konsep rumah ibadah, sekolah dan pesantren, sebagai salah satu sumber filantropi untuk santunan pendidikan, sosial, kesehatan dan menjadi pembelajaran wakaf bagi anak-anak.
Anak-anak di PAUD tersebut datang ke sekolah setiap Jumat dengan membawa sampah anorganiknya (berupa kertas, botol plastik, kaleng dan alumunium), untuk dishadaqahkan ke sekolah. Kemudian hasil dari penjualan sampah tersebut dikelola pihak sekolah untuk membantu wakaf tunai pembebasan tanah PAUD.
“Jadi mereka telah belajar wakaf sejak usia dini?“ komentar Chubachi Natsuki, yang biasa dipanggil Natsu, dilansir dari suaramuhammadiyah.id, Senin (04/03/2024).
Selain itu, Mahasiswa doktoral di Kyoto University itu juga kagum dengan konsep Gedung 2 lantai PAUD Aisyiyah Surya Melati Brajan, yang 95% bangunannya terbuat dari kayu-kayu bekas dan bernuansa tradisional.
Sebagai informasi, Natsu mengambil riset tentang Islam di Indonesia khususnya tentang program eco-masjid, wakaf dan shadaqah sampah. Dimana sebelumnya ia juga mengunjungi Masjid Al Muharram Brajan sebagai pelopor pertama Gerakan shadaqah sampah berbasis eco-masjid di Indonesia dan dunia.
Adapun sejak awal berdiri tahun 2010, PAUD dengan konsep sekolah ramah lingkungan ini telah menerapkan proses pembelajaran dengan memanfaatkan barang-barang bekas untuk Alat Permainan Edukatif (APE). Dan tahun 2020 mereka mulai mengajarkan anak-anak bershadaqah dengan menggunakan sampah anorganik tersebut.
Tak hanya itu, di sekolah tersebut juga dipasang 2 keranjang shadaqah untuk botol plastik dan kertas, untuk membangun habit anak-anak agar terbiasa memilah sampah dan bertanggung jawab dengan sampahnya sendiri.